Sinopsis Brama Kumbara Episode 33

Pernikahan Brama dan Putri Harnum
Episode 33 Kerajaan Madangkara akan diserbu oleh Pasukan Kuntala. Gardika memimpin pasukan bersama 2 tumenggung sahabatnya yatu Buntak Bumi dan Kertagena. Sebelum mereka menyerbu, mereka bermalam dibukit sambil mengadakan pengintaian.

Brama masih sakit. Ia sebenarnya sudah diminta oleh guru Brama untuk tidak beranjak dari kamarnya, agar kesehatannya segera pulih. Tapi Brama memaksakan diri sehingga ia keluar meski dalam keadaan sakit.



***

Diluar Istana, Kakek Astagina terbang kelangit mengeluarkan ajian Halimun. Ajian Halimunan ini mengeluarkan kabut tebal, sehingga Gardika dan pasukannya tidak dapat melihat Madangkara dari atas bukit.

Gardika kini berada di hutan Jelatik, jaraknya tidak jauh dari kota Madangkara memerintahkan Sebagian rombongan masuk kedalam kabut. Setelah cukup lama ditunggu, mereka tidak keluar juga. Akhirnya Gardika bersama pasukan masuk kedalam Kabut.

***

Pasukan Madangkara, menunggu serbuan dari Kuntala tidak juga kunjung datang. Lalu ada Tliksandi yang memberitahu kalau ada keanehan diluar istana. Pasukan Kuntala yang masuk kedalam kabut tidak berhasil keluar.

Kakek Astagina tertawa dihadapan Brama. Memberitahu kalau MadangKara sudah menang. Semua heran mengapa bisa terjadi. Kakek menjelaskan kalau ia telah menggunakan ajian kuno, Ajian Halimun. Dengan Ajian itu musuh yang masuk kedalam kabut tidak bisa melihat. Kalau terlalu lama dalam kabut mereka bisa mabuk, bahkan bisa mati.

Kakek Astagina menjelaskan kalau mereka sudah menang. dan pernyataan itu disambut dengan meriah oleh seluruh prajurit, bahkan rakyat Madangkara.

***

Mantili masih tak sadarkan diri. Saat Mantili ditunggui Ibunya, datanglah Raden Samba membawa Air Hangat untuk menjaga mantili. Secara tidak sengaja disenggol oleh Bunda Gayatri, sehingga air hangat ini tumpah dan mengenai Mantili. Sebuah Keajaiban, ternyata Mantili batuk dan ia akhirnya sadar.

Setelah tahu kalau Madangkara Ingin diserang, ia bangun dan membantu Brama yang dalam keadaan sakit. Mantili sempat marah-marah kepada Samba, Mengapa Samba masih berada disana tidak langsung membantu Brama dalam Peperangan. Tapi setelah dijelaskan Oleh Gayatri, kalau selama ia tidak sadar, ia diemani oleh Raden Samba, akhirnya meminta maaf kepada Samba dan bersiap Menerima Makin dari Samba. Tapi Samba tidak melakukan hal demikian, Samba hanya mengingatkan Mantili untuk menjaga diri dalam perjalanan ke Madangkara.

***

Gardika bersama pasukannya akhirnya terbebas dari kumpulan kabut Tebal. Tapi, setelah mereka perhatikan, ternyata mereka sudah berada dihutan Perigi. Jarak hutan Jelatik dan hutan Perigi cukup jauh. Hutan Perigi adalah bagian dari wilayah kerajaan Kuntala. Mereka tersesat. Dari hutan Perigi lebih dekat dengan Kuntala, sehingga mereka mau tidak mau harus pulang ke Kuntala.

***

Saat Brama Masuk ke Istana, dan bertemu Putri harnum memberitahu akan kemenangan itu, Harnum memebritahu kalau Ayahnya sedang Sekarat meminta Brama segera menemuinya.

Raja Segati meminta agar Brama menjaga Putrinya Harnum dan meminta menikahi Harnum. Brama pun menyanggupi hal tersebut. Pesta pernikahan brama dan Putri Harnum dipercepat dan sekaligus diadakan pesta rakyat karena kemenangan Madangkara.

Sanjaya bertanya kepada Ardalepa, bagaimana dengan istri Brama yang wajahnya mirip dengan Sekar wanita yang dicintainya. Ardalepa menjawab, kalau ia hanya mencintai Sekar bukan harnum, meski wajahnya mirip itu sudah bukan masalah baginya.

Mantili menawarkan diri untuk merias Harnum. Tapi Bunda Gayatri tidak mengijinkannya takut malah wajah harnum menjadi acak-acakan.

***

Sesampainya Gardika bersama pasukkannya di Kuntala ternyata telah disambut dengan persiapan pesta meriah. Tapi sayang mereka kalah sehingga Patih Raksa marah. Tapi Adyaksa menenangkan Patih Raksa bahwa pesta akan tetap terjadi sebagai pesta penobatan patih Raksa menjadi Raja Kuntala yang baru bernama Sribaginda Maharaja Raksa Kumala.

Namun sayang penobatan Raksa menjadi raja tidak sah, karena tidka dihadiri oleh Resi dan Begawan Agung, meski demikian penobatan Raja Baru tetap terjadi.

Awalnya para tumenggung ragu akan penobatan Patih Raksa sebagai raja. Mengingat purta mahkota sebenarnya telah diberikan kepada Gardika karena telah memenangkan sayembara perebutan pedang kemuning emas. Tapi hal itu tidak dihiraukan oleh patih raksa.

Sebagai Hadiah dari patih raksa, kepada para tumenggung, Raja baru telah membagi-bagikan hadiah. Buntak Bumi diberi jabatan panglima perang, Adyaksa dan Kertagena diberi harta dan dibebaskan pajak. Sementara Gardika diberi kerajaan yang melepaskan diri yaitu kerajaan Sanggem, kerajaan Madangkara dan Segati. itupun jika Gardika berhasil merebut tiga kerajaan itu.
(sebenarnya dalam hal ini Gardika hanya diber mimpi, seperti diberi burung yang terbang. Harus menangkapnya dahulu jika ingin memilikinya.)

***

Pernikahan Brama berlangsung khidmad. Saat itu datang juga raja dari kerajaan sekutunya seperti Sanggem dan Galuh Pakuan.

Dari kerajaan Galuh Pakuan ada putrinya yang sangat cantik. saat itu Ardalepa terkesima. Tapi Sanjaya melarang agar ardalepa tidak menyukainya.

Adapula Paramita yang datang bersama seorang pemuda.

Putri Harnum Menjadi Permaisuri Brama


Di Pesta pernikahan Brama ini, Ayahanda Harnum berpesan kalau Kerajaan Segati dan Madangkara dilebur saja menjadi satu yaitu Madangkara. Toh Putri kerajaan Segati telah menjadi Permaisuri di Madangkara.

Bramapun menyanggupi dan berjanji untuk mencintai rakyat Segati sama seperti mencintai Rakyat Madangkara. 

Dimalam pengantin, Brama masih seperti sebelumnya, ia masih terlihat dingin seperti sebelumnya. ia masih tidak bisa melupakan wajah Gurunya Sekar. Wajah itu kini ada di istrinya Harnum.

Harnum sedih dan ia menangis.

B E R S A M B U N G . . . .
Next Post Previous Post